21 Okt 2013

Poetry Part 1

Terimakasih.
Telah menumbuhkan Sepucuk Bunga diantara seribu Ilalang

Dan
Terimakasih
Telah Merelakanku menjadi Kumbang diantara seribu Bunga


_____________________________________________

Hujan yang turun, tidak menciptakan genangan bila mereka tidak bertemu - Main Hujan

_____________________________________________

Bermain dengan Dingin, Menyapa Sejuknya angin, atau hanya sekedar merenungi selayaknya merasakan Dingin dan Sejuknya - Malam Hujan

_____________________________________________

@21 Oktober 2013

19 Okt 2013

Hati Kecil

Mungkin setidaknya masih ada hati kecil yang tersisa, membuka harapan, mengutarakan arah, menemani sepi, menjalani waktu, dan setidaknya masih ada.

Mungkin memang tuhan meng-takdir-kan jalan kehidupan, ntah itu berliku maupun yang terasa mudah. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi didepan sana, yang akan terjadi beberapa detik, menit, jam, hari, tahun, sampai ajal tiba yang duduk diam tak bergerak dari tempatnya.

Mudah saja, melewati waktu yang terasa cepat dan kadang lambat. Bebas menjalaninya, cahaya yang kadang menerawang malu, gelap yang kadang menutupi langit, dan terkadang senja membuat bahagia bahkan sedih sewaktu-waktu.

Ya, aku tahu, jalan yang kita tempuh sangatlah tak mudah, tetapi ya ! hati kecil mengarahkan langkah !

Regard @19-10-2013 at Home

25 Sep 2012

Suara Surga

Bebas berkicau, terbang, menari, bernyanyi, dan bebas sangat bergembira. Mengepakkan sayap dengan lincahnya. Berceloteh semaunya. Berputar mengitari ilalang dengan hiasan bunga putih, berterbangan serbuk bunga. pohon-pohon saling bersapa satu dengan lainnya, terhembus angin sepoi-sepoi yang menerjang. Daun-daun berguguran, bagai serbuk coklat yang berada ditar dengan pohon sebagai lilinnya. 

Termenung, menatap langit dibawahnya rerimbunan pohon, cahaya tampak malu menyenterkan silaunya. Silau menyapa tubuhku, hangat terasa dikulit, menyusup pori-pori memuntahkan titik butiran keringat kecil.

Tersesat ditengah surga kehijauan. Indah gembira, menyenangkan, dikerubuni burung-burung yang asik bergurau berputar tepat diatas kepalaku dilangit yang biru dengan sedikit lukisan pelangi tertutupi awan. 

 Umar Akib. Lapangan Paskas 645, 13 September 2012

3 Sep 2012

Jaket Usang


Dipelukanku kau merasa aman, merasa nyaman, hangat, terlindung. Usangku tak membuat kau menjauhiku ataupun membuangku seperti aku yang lainnya. Kau menyimpan dan merawat walaupun aku tlah pudar. Kau masih setia. Sejak hujan lebat menerpa, air bagai pedang menyerbu tubuh, menggores kulit, walaupun tak luka, genangan mengikat langkah, geseran angin yang kencang, menyelipkan hawa dingin menyapa pada sela-sela lengan dan sekeliling leher, membuat tubuhmu bergetar hebat. Dan disaat itulah aku hadir dan selalu hadir memelukmu erat diseluruh tubuhmu, mencoba melindungimu dan menyimpanmu agar kau merasa hangat, sudah cukup untuk membuatmu merasa nyaman.  Walaupun aku juga menyisakan kepalamu yang kecil dan pucat, dan selebihnya untuk menunjukkan dirimu, telapak tangan yang telah berkerut menahan dingin dan sapaan hujan, dan kakiku kaku melangkah termakan genangan air akibat hujan. Tak masalah bagimu. Setidaknya agar kau tak sakit basah oleh rombongan air yang sedang terjun bebas bermetaformosis jadi genangan air terhitung oleh kasat mata.

Oke Zeus mungkin kau lain kali bisa ber-wisata ke dunia, melakukan riset, bahwa hujan sedikit lebih kecil bisa menyebabkan timbulnya sakit pada manusia karena adanya jaket. Mungkin Petir bisa membuatku terbakar dan membuat yang kupeluk bergoyang mengikuti irama sengatan 1 juta voltmu. ;)

Umar Akib (suatu malam sebelum hari OSPEK)

4 Agu 2012

Patung Toko


Berdiri aku ditengah keramaian. Lalu lalang orang-orang, tak kenal namun tampak tak asing, tak acuh seperti bersahabat, bersentuhan namun tak tergoda, bisu tapi hadir, ingin menyapa namun enggan. Aku bagai patung toko ditengah kerumunan pembeli. Dilihat, disentuh, dan diacuhkan, tak bernilai, dan hanya pajangan.